Online Public Access Catalog Library UIN Sunan Ampel

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Perpanjangan
  • Bebas Pustaka
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Poros maritim dunia : konsep, strategi, & realitas

Buku

Poros maritim dunia : konsep, strategi, & realitas

Probo Darono Yakti - Nama Orang; I Gede Wahyu Wicaksana - Nama Orang;

Penilaian

0,0

dari 5
Penilaian anda saat ini :  

Kita selalu bangga sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam yang indah dan tak terhitung nilainya. Kekayaan itu terkandung di daratan, lautan dan di bawah perut bumi. Kita juga selalu mengagung-agungkan kejayaan di masa lampau sebagai bangsa bahari yang disegani bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia, terutama memuncak pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 dan Kerajaaan Majapahit abad ke-13. Bukan hanya dikenal sebagai bangsa pelaut ulung yang menjelajahi lautan dan samudera, posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia juga sudah menyejarah melalui apa yang dikenal sebagai ‘Jalur Rempah’. Jalur Rempah merupakan rute perdagangan laut Eropa-Asia di bagian Selatan Asia, sedangkan rute perjalanan darat di bagian Utara dikenal sebagai Jalur Sutera yang menghubungkan Eropa-Asia Tengah-Cina. Ironisnya, semua itu hanya menjadi cerita indah yang turun temurun yang tersimpan cukup rapih dalam lembaran buku-buku sejarah. Karunia alam yang luar biasa itu nyaris tak membawa manfaat besar bagi negara bangsa ini. Setelah era kejayaan imperium Sriwijaya dan Majapahit, kekayaan alam Nusantara justru berhasil dieksploitasi oleh pemerintahan kolonial Belanda (mulai masa VOC pada awal tahun 1600-an hingga tahun 1942) dan berlanjut ke masa pendudukan Jepang (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka, keadaan tidak membaik. Kekayaan alam kita justru tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat seperti diamanatkan oleh Konstitusi UUD 1945 dalam pasal 33 Ayat (3). ‘Penjajahan’ ekonomi, dalam hal ini pengerukan kekayaan alam, justru tetap berlangsung sejak Indonesia merdeka sampai hari ini. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam yang berlimpah seharusnya menjadi kekuatan utama untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat dan kebanggaan bagi negara bangsa. Kekayaan sumber daya laut dan posisinya yang strategis di antara dua benua dan dua samudera bukan hanya kekuatan ekonomi yang dahsyat, tetapi juga merupakan potensi sosial, politik, dan ekosistem negara dan bangsa Indonesia.


Ketersediaan
I202300024Perpustakaan FISIPTersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
U 333.916 409 598 Pro p
Penerbit
Jakarta : Margaretha Pustaka.,
Deskripsi Fisik
xvi, 419 halaman : ilustrasi ; 23 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
978-602-18773-57
Klasifikasi
333.916 409 598
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
Cet. 1
Subjek
Sumber laut
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Online Public Access Catalog Library UIN Sunan Ampel
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek


© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik